Hollahope! Jadi beberapa waktu lalu sempat ada beberapa DM yang menanyakan
"Tir gue pengen jadi blogger dah" "Tir gimana sih cara jadi blogger" atau "Tir gue pengen dah dateng ke event-event kaya lu" baik dari temen dunia maya ataupun temen kampus yang kebetulan follow-followan, karena sesungguhnya Tiara tydac pernah makeup ke kampus kecuali mau event HAHAHAHA. Iya anaknya bareface :(
Nah kemudian dari pada itu, jawaban Tiara selalu sama.
Lo suka nulis engga?
Lo suka ngomong depan kamera atau buat instastory gitu ga?
Soalnya menurut Tiara modalnya cuma dua, ya, kalo lo suka nulis go for blog dan kalo lo suka ngomong depan kamera go for vlog. Mulainya dari mana, dari hal-hal yang kalian anggap menarik, kenapa? karena dari situ kalian akan menemukan ciri khas kalian. Make sense kan?
Let's say kalian suka banget 'aslinya' sama bikin kue, yaudah tuh, mulai aja dengan bikin blog soal kue. Kalian bahas kue apem misalnya, bahannya apa aja? terus kalo ditambah dengan bahan lain akan gimana jadinya. Nantinya bisa berlanjut ke food blogger dengan specialisasi pastry yang membuat kalian kuat dalam hal tersebut.
Nah tapi aku bingung gimana mau nulisnya, atau apa yang enak ditulis, atau bagaimana nulisnya!
Kalo hal ini, sebagai penulis dari kelas 6 SD pun aku masih belajar juga, salah satunya pas kemarin ikutan #NgopiCantik bareng Beautiesquad yang berkolaborasi dengan Beauty Journal.
Kalian pasti tau dong kalau Beauty Journal merupakan media yang suka sharing soal penulisan-penulisan yang beragam, bahkan belakangan isinya engga cuma soal kecantikan tapi juga ada relationship gitu.
Nah dalam acara kemarin, sebagai guest star nya ada mba Grisselda Nihardja sebagai
Executive Content Editor Beauty Journal Sociolla <3
Berikut beberapa tips yang dia sampaikan~
1. What's trending on social media?
"Yang paling utama saat mencari ide artikel adalah, cari dulu apa yang lagi trending. What's trending on social media? Bisa lihat Instagram, YouTube, atau kalau masih main Twitter, bisa juga lihat di sana
This is one of great sources, karena sekarang semua orang pasti pakai social media"
Hal ini sebenarnya cukup basic, tapi bisa banget jadi pertimbangan temen-temen semua dalam creating 'fresh' content yang mudah untuk kalian ulas dan temukan, contohnya ketika kemarin Ponds BB Powder booming. Produk ini sudah diinfokan sama kak Kania Dachlan semenjak hampir dua tahun lalu, tapi ketika diboomingkan di Indonesia, beauty enthusiast langsung dengan serta merta super duper heboh dan bahkan OLshop langsung buka PO shay! So, langsung aja kalau kalian merasa produk ini trending ya dibeli.
Tips : Seandainya buget kalian terbatas, yaudah cari produk-produk yang sekiranya sesuai dengan 'financial structure' kalian, jangan sampai memotong hal-hal penting demi me-review. Jujur Tiara sendiri beberapa waktu lalu cukup habis-habisan untuk ikutin the hype tapi setelah direview, produknya engga semenarik itu lagi apa lagi sekali beli bisa sampai series lengkap. Ya, abis aja kan uangnya engga nabung. So better, kalau kalian mau nulis dari apa yang bener-bener kalian pengen beli juga dan rasakan~
2. Sudut pandang
Dalam dunia penulisan, hal ini bener-bener lagi diperhatikan banget. Soalnya banyak banget orang yang nulis me-review produk padahal aslinya, mereka tidak benar-benar melakukan hal tersebut. Nah sebenarnya ini bisa jadi konten yang menarik dan berkelanjutan. Kalau kalian memang belum nulis reviewnya kalian bisa aja menjadikan topik tersebut bagian dari skema topik yang ada.
Misalnya,
"Review penggunaan cat rambut" padahal aslinya kalian hanya "membuat tutorial pakai cat rambut"
nah dari pada bilang review, kalian bisa bagi 3 sudut pandang berbeda, misal
- Cara memilih cat rambut
- Cara bleaching rambut
- Cara mengunakan cat rambut
Baru kemudian bila memang spesifik produknya kalian bisa review.
Nah kalo mereview harus meliputi hal seperti ini,
"Kalau review, sudah pasti perlu ada beberapa poin yang dibahas seperti kemasan, klaim, ingredient, cara pakai, pendapat, harga produk dan bisa dibeli di mana. "
Misal kalau kita nyorotin soal kemasan. Kelihatan simpel ya, tapi mungkin ada informasi yang orang lain gak bisa tahu kalau belum pernah pegang atau pakai produknya. Sesimpel kita beli setting spray, eh tapi pasti dipencet, spray-nya nyebarnya nggak rata atau malah terlalu kencang. Hal-hal seperti ini yang perlu disampaikan juga ke pembaca supaya mereka lebih aware juga.
jadi kalian pembaca kalian juga engga akan kena hoax atau click bite! Kalian sendiri kesel kan kalo dapet Click bite? :p
3. Love what you do, klise?
Aku pernah baca tulisan dari CMO agency luar, dan setuju banget sama kata-kata dia. Artikel yang bagus bisa buat pembaca:
- Belajar sesuatu
- Melakukan sesuatu
- - Merasakan sesuatu
Artikel yang bagus akan mendorong pembacanya untuk ikut coba (bisa tips/tutorial/produk), merasakan suara/opini dari penulis (bisa bagus/buruknya produk, atau merasa relevan dengan pengalaman/ceritanya)
Kalau kata kak Kae, engga peduli tulisan 'Honest' ada dalam review kalian ada atau engga, pembaca bisa menilai tulisan kalian ataupun vlog kalian. Jadi ketika kamu menulis dengan hati, pembaca kalian juga akan tau loh! Mana yang bener-bener zuzur dan mana yang memang titipan atau sekedar hanya ingin 'ikutan', jadi perlu banget ditekankan pentingnya penulisan yang sesuai dengan willing kalian.
4. Artikel berbayar
Ini adalah konflik sepanjang masa seandainya brand yang kalian review kurang sesuai dengan ekspektasi kalian -ataupun kalau kalian engga bener-bener nyobain produk. Tbh kalian pasti bisa menilai hal yang aku katakan diatas, kaya, influencers yang dibayar banget sampai mereka rela memuji produk secara berlebihan. Tapi gimana misalnya kalian ingin memention hal dengan jujur yang rasanya kok berdampak negatif ya pada brand?
"Perlu hati2 jika memang kita ada kerjasama dengan brand yg sifatnya sudah berbayar. Semua harus dikomunikasikan di depan terutama jika memang blm pernah coba dan ada risiko kurang cocok sama kulit. Pada dasarnya brand suka review yg informatif. Dan andai ya, misal kita punya kulit berminyak, kalau diminta review skin care untuk kulit kering jadi ndak cocok ya. Penting banget diinfokan di awal dan jujur ke brandnya supaya endingnya gak kusut di kita. On the flip side, kalau review kita misalnya dikemukakan dengan cara yg baik dan sopan, bisa jg jadi insight atau bahan pengembangan produk dari brand itu supaya lebih baik lagi." - kak Griss
brand sebenarnya juga di'kerjakan' oleh sosok manusia, mereka juga kadang sadar produk ini punya pasar dan marketnya sendiri. Selain brand awareness mereka butuh kalian sebagai judge yang engga berarti kalian harus membuat produk ini terbaik namun bisa membuat orang penasaran dan pengen coba -alias menjual. Kalian cukup melakukan pemilihan kata yang baik, misalnya,
"Mengungkapkan pendapat atau pengalaman kita tentu harus ya, karena namanya juga review. Cara mengemasnya yang perlu diperhatikan, usahakan ditulis dengan cara yang sopan walau produk itu tidak semutakhir yang kita harapkan. Bisa juga dicantumkan, kalau produk xxxx mungkin bisa lebih cocok untuk pemilik kulit xxxx karena ada kandungan xxxx yang dikenal lebih cocok untuk kulit xxxx."
pemilihan kata-kata ini salah satu panutanku adalah kak lippielust, dia berhasil membuat semua produk rasanya engga ada negatifnya, instead dia menjelaskan tipe seperti apa atau solusi apa yang diberikan. Jujur aku juga masih banyak belajar yang satu ini, tapi sekarang aku akan lebih banyak nanya sebelum merekomendasikan sebuah hal hahahaha..
Contoh luasnya bisa kalian temukan di blog aku bertebaran, jadi kalau belum baca, langsung aja baca-baca. Thank you Beautiesquad & Beauty Journal untuk informasi pas ngopi cantiknya!
Love Tiara
0 comments:
Posting Komentar