Sebenarnya ini konten sensitive yang bisa dibilang hanya sekali dan bisa jadi terakhir kali akan aku tulis.
Ya, konten nya akan berbau SARA tapi aku harap ini bukan hal yang salah.
Jangan melanjutkan bila kalian muak atau orang yang susah menerima opini, Jangan.
Fyi, ini tidak menjelekan.
Bisa dibilang karena berlatar Hubungan Internasional, aku jengah dengan dinamika antara dunia dan akhirat yang akhir-akhir ini cakap kali dibahas.
Percayalah, ini adalah sebuah pemikiran kebetulan yang aku sendiri cukup terkejut tapi menjadi tenang. Tenang karena aku semakin yakin, apa yang aku yakini bukan bentuk sebuah kesalahan. Melainkan sebuah hal yang begitu dan sangat, Indah.
Ya, konten nya akan berbau SARA tapi aku harap ini bukan hal yang salah.
Jangan melanjutkan bila kalian muak atau orang yang susah menerima opini, Jangan.
Fyi, ini tidak menjelekan.
Bisa dibilang karena berlatar Hubungan Internasional, aku jengah dengan dinamika antara dunia dan akhirat yang akhir-akhir ini cakap kali dibahas.
Percayalah, ini adalah sebuah pemikiran kebetulan yang aku sendiri cukup terkejut tapi menjadi tenang. Tenang karena aku semakin yakin, apa yang aku yakini bukan bentuk sebuah kesalahan. Melainkan sebuah hal yang begitu dan sangat, Indah.
Aku akan memulai hal ini dengan, kita hidup di dunia dari mula nya memiliki beberapa hal dasar yang harus selalu diperhatikan.
Seperti kemanusiaan, meski egois hal itu tetap dijunjung tinggi dengan adanya kementrian HAM.
Egois benar manusia, tidak pernah ada kementrian yang dibangun untuk Hak Hewan maupun Tumbuhan, padahal tanpa mereka kita tidak dapat bertahan,
Ah balik lagi.
Siapapun kalian, dimanapun kalian, dan bagaimanapun kalian hidup dan lahir, kebaikan adalah hal yang melekat dan diajarkan agar tetap ada.
Begitu pula bila kalian mengakui dan setidaknya tau, bahwa setiap agama mengajarkan kebaikan, kasih sayang dan sebuah perdamaian pada mulanya.
Tapi, memang begitu formulasinya.
Semua ada dan bertahan agar tercipta keseimbangan sempurna dalam kehidupan kita.
Tapi, pertanyaan seorang yang aku sayangi dan aku benci membuatku kembali bertanya-tanya,
Tapi nyata nya mereka yang kau elu kan beragama dan se-iman dengan mu membuat kedamaian terancam dan terusik, padahal mereka kaum mayoritas? Mereka yang mengancam dan memberikan tekanan.
Aku terus berdalih, agama ini tidak salah. Itu kembali pada individu itu sendiri.
Tapi kemarin atau tepatnya dini hari pagi ini, sebuah lembaga hukum diusik oleh sebuah sistema gerakan orang-orang yang mengatas namakan agama. Menyerang tanpa pamrih dan alasan yang jelas, aku enggan mengatakan mereka kaum sumbu pendek, karena menurutku mereka sama dengan yang lainnya, dianugerahi Akal dan Pikiran.
aku terus merenung. Pasti ada alasan lain.
Haha.
Nyatanya alasan itu begitu jelas, dan dituliskan disetiap zaman dan selalu kalian temui dan kalian baca.
Aku bukan ahli, aku bukan seorang perempuan yang menggambarkan muslimah yang baik ataupun yang bisa dijadikan contoh, jauh dari itu.
Tapi, aku suka membaca, termasuk membaca kitab ku sendiri.
Disana digambarkan bagaimana kisah-kisah terdahulu,
bagaimana tipu daya dan siksaan itu nyata.
Bagaimana sebuah 'kebohongan' yang dikemas begitu Indah tak pernah luput dari padangan Tuhan yang maha mengetahui lagi maha bijaksana.
Dan dari sana aku menyadari, menyadari bahwa setiap masa, setiap zaman, akan ada mereka golongan yang digambarkan mendapatkan siksaan amat pedih, siksaan dari hidup dibumi hingga kelak di akhirat,
Siksaan apa yang mereka dapatkan di Bumi?
Hanya Tuhan yang tau pastinya, ialah sebaik-baiknya pemberi hukuman, tapi kalau boleh aku menduga, siksaan di bumi bisa dalam bentuk Amarah yang tiada henti, hidup yang tidak tenang dan selalu dalam bayang-bayang ke kebencian.
Bukankah semua itu tergambar jelas dalam kitab yang seharusnya mereka baca.
Lalu, merugilah mereka.
Jujur, ini tidak mudah dituliskan dalam rangkaian kata. Semoga kalian bisa mengerti apa yang aku maksudkan.
Bahwa, setiap zaman selalu saja orang yang menyerukan dengan marah, mereka pula kaum yang mengaku-aku dan mereka juga yang kemudian di binasakan oleh Tuhan-nya, karena Tuhan-nya adalah sebaik-baiknya Tuhan yang mengetahui isi hati setiap umatnya.
Aku? aku menyelamatkan diriku sendiri, setidak nya mencoba.
0 comments:
Posting Komentar